manusia dan kegelisahan
TUGAS
ILMU
BUDAYA DASAR
MANUSIA
DAN KEGELISAHAN
NAMA : AHMAD ZULFIKAR
NPM : 20214621
KELAS : 1EB15
JURUSAN : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................................. i
I.
Bab 1 pendahuluan..................................................................................................... 1
II. Bab
2 isi...................................................................................................................... 3
1. Pengertian
Kegelisahan........................................................................................ 3
2. Faktor
penyebab kegelisahan............................................................................... 6
3. Cara
mengatasi kegelisahan.................................................................................. 8
4. Bentuk
bentuk kegelisahan................................................................................ 9
III. Bab
3 penutup ......................................................................................................... 16
Daftar Pustaka................................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia dalam hidupnya tak lepas
dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah mengalami
kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit ini dapat menyerangsiapa
saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa
takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang pemberani, tak mungkin
diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat penangkal takut juga
tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah mengerjakan perbuatan salah
sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu pula seorang yang kaya,
pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya,
pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.
Kegelisahan merupakan rasa
kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang
tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang
menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab orang
gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu
usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri
kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi dalam
jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk terlepas
dari rasa kegelisahan.
Kegelisahan yang sering terjadi pada
manusia adalah disaat seseorang pernah melakukan sebuah perbuatan buruk. Hal
ini lah yang membuat seseorang mengalami kegelisahan. Hatinya tidak tenang, dia
merasa cemas. Karena terlalu memikirkan perbuatan buruk yang sudah
dilakukannya. Akhirnya orang tersebut terlihat murung, menyendiri dan merasa
kesepian dan terasing. Oleh karena itu, kami kelompok 7 membuat makalah Ilmu
Budaya Dasar tentang “Manusia dan Kegelisahan”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian kegelisahan?
2. Apakah
faktor penyebab terjadinya kegelisahan?
3. Bagaimana
cara mengatasi kegelisahan?
4. Apa
saja bentuk – bentuk kegelisahan?
C. Tujuan
Berikut tujuan disusunnya makalah ini antara lain:
1. Untuk
mengetahui pengertian kegelisahan
2. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya kegelisahan
3. Untuk
mengetahui cara mengatasi kegelisahan
4. Untuk
mengetahui bentuk – bentuk kegelisahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata
“gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu
khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan
sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun
perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik.
Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia
yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia
suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup
lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Manusia selama ini seringkali
tenggelam dalam kegelisahan. Berbagai penyebab kegelisahan telah menyita waktu
dan perhatian manusia, dan sayangnya banyak yang tidak menyadari betapa
mengganggunya kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita
sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita
melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan
dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap
kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda
dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan
bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam
pikiran yang tidak terlatih. Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram,
tidak tenang, tidak sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan
merupakan gejala universal yang ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingakah laku atau gerak – gerik seseorang
dalam situasi tertentu. Jadi, kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai
manifestasi dari perasaan tidak tenteram, khawatir,
ataupun cemas.
Kegelisahan hanya dapat diketahui
dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu.
Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya
berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk
merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan
lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan
atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi
dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan
tidak tercapai.
Hal ini terjadi karena adanya
keterbatasan manusia untuk dapat mengetahui hal-hal yang akan datang atau yang
belum terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan, atau
adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan pelanggaran
(yang telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan
spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut
menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai). Sedangkan sumber
kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal) misalnya rasa lapar,
haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal) misalnya kegelisahan
karena diancam seseorang.
Penyebab lain kegelisahan karena
adanya kemampuan seseorang untuk membaca dunia dan mengetahui misteri hidup.
Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka sendiri sering
tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai
arti. Orang yang tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering
ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga
disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa mengetahui apa
penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian,
ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan
kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Tentang perasaan
kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
1. Kegelisahan Obyektif
(Kenyataan)
Kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan
ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh : Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur
dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat
akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia
keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina
sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa
kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh
ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini
gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada contoh tersebut
jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah karena
adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2. Kegelisahan
Neurotik (Saraf)
Kegelisahan ini berhubungan dengan sistem syaraf.
Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa terancam
atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan
untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh suatu
pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari
Bakat ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang pada malam mereka
tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian akhir.
3. Kegelisahan
moral
Kegelisahan ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian
besar karena rasa bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu
pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap
manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang
benar dan mana yang salah. Walaupun mereka melakukan kejahatan, setiap orang
pastilah tahu hal yang dilakukannya itu adalah salah. Keadaan mungkin yang
memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan
mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya: Setelah terungkap permasalahan
korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.
B. Faktor
Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah kepastian
bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode
pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul
dari diri penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan
berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia sampai akhir
hayatnya. Faktor penyebab kegelisahan antara lain:
a. Dari
Dalam
Faktor kegelisan dari dalam diri seseorang antara lain:
1.
Cinta
Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang
wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan cinta
tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan dan rasa sakit.
Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah kecintaan melampaui
batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat sensitif terhadap
segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak mendapati musibah yang
lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan
buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia,
mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya
secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
2.
Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa
was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang
dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan
perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul dari setan yang
telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena
penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut
pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang
melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan.
Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses
pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai
akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat
mencegah seseorang dari
dampak negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang
sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan
sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan
sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera
melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci
kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan
bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian
orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya
merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat
disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara faktor
penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan
inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan
perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang
sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang
pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan
dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang
lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat
menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam
was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor
penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita
was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan
semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya
kemampuan dalam mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada
diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang
kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan
menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan
penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi
penyakit was-was.
6. Jiwa
yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu
taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga
kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang
dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding
dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam
bentuk perasaan lemah.
b. Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa keadaan,
was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat melihat sebagian
gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang
lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak
mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku orang
lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman dengan
segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi yang
dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari satu orang
kepada orang lain.
C.
Cara Mengatasi Kegelisahan
Cara yang digunakan dalam mengatasi kegelisahan:
· Dengan memerlukan sedikit pemikiran
yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita sendiri (instropeksi),akibat yang
paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan
terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan sebagainya.
· Kita bersedia menerima sesuatu
yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan
tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat
mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya
kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
· Berdoa kepada Tuhan dengan
sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia mau mengabulkan
permohonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah yang paling Maha
Pemurah,Maha Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi umatnya yang mau
berdoa dan memohon kepadaNya.
D. Bentuk-bentuk kegelisahan
Bentuk bentuk kegelisahan antara lain:
a) Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, asal kata dari kata
dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata
terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau
terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan
dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita
lekatkan pada istilah keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup
manusia. Sebagai bagian dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka
keterasingan pun memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak
pernah mengenal perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan
pernah mengalami keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya
berbeda-beda.
Contoh : Murni gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul.
Kawannya banyak dan hilir mudik bergantian datang dan mengajak pergi. Pada
suatu hari tersiar berita ia mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah
menampakkan diri dan tak ada kawan yang hilir mudik datang berkunjung dan
mengajak pergi. Ia menyembunyikan diri di kamar, malu keluar. Ia hidup dalam
keterasingan.
· Sebab
– sebab keterasingan
Bila kita memperhatikan contoh Murni tidak mau bergaul lagi
dengan kawan-kawannya, hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang
melanggar moral. Jadi, sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
Ø Perbuatan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh atau
sombong.Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi
orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita
ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak
antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran
seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain negatif
seperti misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku,
pemarah, dan semacamnya.Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah
sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan
mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu,
sebab takut terjadi konflik batin atau konflik fisik.
Ø Sikap rendah diri.
Sikap rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang
baik. Sikap ini menganggap atau merasa dirinya selalu atau tidak berharga,
tidak atau kurang laku, tidak atau kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap
ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan orang lain yang menganggap dirinya
rendah, tetapi justru dirinya sendiri, tetapi juga tidak baik bagi masyarakat.
Sikap rendah diri disebabkan antara lain kemungkinan cacat fisik, status
sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan karena kesalahan perbuatannya.
a. Keterasingan
karena cacat fisik
Cacat fisik tidak perlu membuat hidup terasing karena itu
adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang
berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak
tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
b. Keterasingan
karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak
boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula merasa rendah diri karena
keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang
yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang
kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
c. Keterasingan
karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena rendah
pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan
tinggi dan banyak pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan
rendah dan kurang berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena
merasa sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya,
takut jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan
tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak
pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.Contoh :
Akil yang merasa berpendidikan rendah, tidak mau
bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu. Apalagi tamu-tamu itu
sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum pernah didengarkannya.
Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah dengan mereka karena
pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari mereka. Karena itu ia
menghindarkan diri dan menyendiri saja.
d. Keterasingan
karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu,
dunia rasanya sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat
dari perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya.
Banyak perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.Contoh :
Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai orang terhormat. Semua
penduduk di wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah,
dan dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut
korupsi milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah keluar,
apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak pernah datang. Ia mengurung diri di
rumah, hidup dalam keterasingan.
Ø Takut kehilangan hak.
Contoh : Oyong mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar
menantang orang dan mengajaknya berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah.
Ia tak kenal istilah musyawarah, akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan
menjauhinya, sehingga ia terasing dari pergaulan. Jadi, bila kita
renungkan, orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan haknya.
Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa
lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia segera
mengajaknya berkelahi.
Ø Kerinduan.
Kadang-kadang keterasingan disebabkan pula oleh rasa
kerinduan yang begitu hebat baik terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan
terhadap suatu tempat. Adalah satu hal yang wajar apabila seseorang yang
berada jauh dari keluarga akan merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap
keluarganya. Dalam kondisi yang demikian ini tidak heran kalau kemudian yang
bersangkutan merasa terasing, kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi
kebutuhannya.
· Usaha-usaha
untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh,
pemarah, kaku, rendah diri, atau karena perbuatan yang melanggar norma hukum.
Untuk mengatasi keterasingan ini diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang
bersikap demikian karena menganggap semua yang mereka lakukan adalah
benar. Lain halnya dengan orang yang rendah diri. Orang yang mempunyai
sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk meningkatkan harga diri, ia
harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit
dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.
b) Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang,
tidak ramai, tidak ada orang atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak
pembeli, tak ada apa-apa, dan sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal
sepi. Contoh :
1. Setelah
anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa
kesepian.
2. Setelah
tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut
keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
3. Karena
pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan
lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian
merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini
bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
· Sebab-sebab
terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya
adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam
keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup
sendiri. Contoh :Pangeran Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan
istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan
kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan
istana dan pergi ke hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat
hidup.
Bila kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan
kesepian hampir serupa, tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada
hubungannya. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada sebab
akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan
sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi
kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing,
terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.
c) Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak
menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang dipikirkan tidak searah dan
kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat pikirannya yang tidak dapat
konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan oleh berbagai sebab,
yang paling utama adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan
adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya.
Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil
ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya
ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
· Sebab
sebab ketidakpastian
Menurut Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental
menerangkan beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab
itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran
atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak
menyenangkan, atau penyebab lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya
selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia. Contoh :Seorang
pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin
menjatuhkannya. Pikirannya itu semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia
mengalami kerugian.
2. Phobie
Phobie adalah rasa ketakutan yang
tak terkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu hal atau kejadian,
tanpa diketahui sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang takut terhadap
tempat yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki.
Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3. Kompulasi
Kompulasi ialah adanya keraguan yang sangat mengenai
apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk
selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali. Contoh
:Keinginannya mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak
bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata ingin membelinya.
4. Histeria
Histeria ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan
mental kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu
menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain. Contoh : Neneng,
seorang gadis yang cukup manis, suatu hari melihat pacarnya berjalan-jalan
dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di
hatinya dan setibanya di rumah dia beteriak histeris.
5. Delusi
Menunjukan pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan
keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan
tidak sesuai dengan pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
· Delusi
persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya,
banyak orang menjauhinya.
· Delusi
keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting.
Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
· Delusi
melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat
mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya
kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan
ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum
pernah dialami..
6. Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti
para prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan
sugesti diri, orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat
dialami oleh orang yang mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena
halusinasi, orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan
itu menemukan sasarannya. Ini tampak pada perbuatan-perbuatan penderita
(penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan
rangsangan khayalan sendiri). Contoh :Atang memang seorang peminum. Bila
sedang marah, ia makin banyak minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara)
tidak menentu.
7. Keadaan
emosi
Dalam keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh
emosinya. Jika emosi telah menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami
gangguan nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan
darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan
melampiaskan dalam gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau
berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak
bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu
bahasa, atau termenung menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat
berpikir dengan tenang dan baik.
Untuk mengatasi atau menghilangkan
pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui
penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu
diajak ke psikolog.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan mengenai
MANUSIA dan KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada bab terdahulu, maka kami
dapat menyimpulkan bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap
manusia, dengan tidak memperdulikan segala latar belakang dan kemampuannya,
pasti akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relative ringan
ataupun berat. Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia
mempunyai hati dan perasaan.
Berbicara tentang manusia, berbicara
pula tentang media tempat manusia hidup yaitu Dunia. Untuk bisa memahami
hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan
manusia didunia. Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan
kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia. Apabila manusia tidak bisa
menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah
kegelisahan .sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak
ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik
yang juga memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah
kegelisahan.
Adapun bentuk-bentuk kegelisahan berupa
keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian mempunyai hubungan yang erat dan
mempengaruhi satu sama lain. Keterasingan dalam satu dan lain kesempatan bisa
membuahkan kegelisahan. Dan sebaliknya, kegelisahan yang begitu hebat bisa saja
menimbulkan keterasingan. Kemudian dari keterasingan yang dialami seseorang
bisa saja menciptakan kondisi kesepian dan karena kesepian itupun bisa
saja menimbulkan ketidakpastian. Keterasingan bisa jadi merupakan
perilaku sosiopatik dan sikap apatis yang tidak menyadari bahwa manusia
adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk
mengatasi kegelisahan yang dialami manusia, cara yang paling ampuh adalah kita
dituntut untuk bersifat qana’ah (berpikir positif) kembalikan semuanya kepada
Allah SWT dan selalu mengingat Dia.
ILMU
BUDAYA DASAR
MANUSIA
DAN KEGELISAHAN
|
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................................. i
I.
Bab 1 pendahuluan..................................................................................................... 1
II. Bab
2 isi...................................................................................................................... 3
1. Pengertian
Kegelisahan........................................................................................ 3
2. Faktor
penyebab kegelisahan............................................................................... 6
3. Cara
mengatasi kegelisahan.................................................................................. 8
4. Bentuk
bentuk kegelisahan................................................................................ 9
III. Bab
3 penutup ......................................................................................................... 16
Daftar Pustaka................................................................................................................ 16
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.